Kota Palopo adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kota Palopo sebelumnya berstatus Kota Administratif sejak 1986 dan merupakan bagian dari Kabupaten Luwu yang kemudian berubah menjadi kota pada tahun 2002 sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002. Pada awal berdirinya sebagai Kota Otonom, Palopo terdiri atas 4 Kecamatan dan 20 Kelurahan.
Kemudian, pada tanggal 28 April 2005, berdasarkan Perda Kota Palopo Nomor 03 Tahun 2005, dilaksanakan pemekaran Wilayah Kecamatan dan Kelurahan menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan. Kota ini memiliki luas wilayah 247,52 km². Adapun asal mula dipakainya kata "Palopo", bermula dari kisah berikut;
Pada masa Pati Arasi menjadi Datu di Kerajaan Luwu yaitu Datu ke-15, beliau mempunyai dua orang putra yang masing-masing bernama Pati Aradja dan Pati Pasaung. Di usianya yang semakin tua, Datu mengirim Pati Aradja ke wilayah Sanggaria Bajo, tepatnya di salah satu kampung yang bernama Kamandre.
Sementara itu, Pati Pasaung tinggal bersama orang tuanya di pusat kerajaan yang di sebut Ware yang waktu itu berada di Malangke. Selama persiapan Pati Aradja di Kamandre untuk menjadi Datu Luwu, Datu membuat kesalahan, sehingga menunjuk Pati Pasaung untuk menggantikan dirinya kelak apabila beliau telah wafat. (Foto/Gambar: Google Search)
Hal itu tidak diterima baik oleh Pati Aradja sehingga timbullah konflik berkepanjangan. Namun pada akhirnya, Pati Aradja mengalah dan menyerahkan kerajaan kepada adiknya, Pati Pasaung. Sesudah itu, untuk menghilangkan kesan menang dan kalah, maka pusat kerajaan atau ware di pindahkan di Palopo.
Saat itu nama Palopo belum ada. Yang ada hanya perkampungan kecil yang disebut To Uwe, berarti Pohon Rotan. Pada masa itu, Islam telah masuk sehingga masyarakat memutuskan untuk membangun sebuah mesjid yang saat ini dikenal dengan nama Masjid Jami Tua Palopo.
Pada waktu mendirikan Mesjid Jami’ Tua Palopo ini, bahan-bahan untuk pembangunannya bisa dibilang begitu sulit dikumpulkan. Pasirnya saja diangkat dari Latuppa, sedangkan batu diambil dari Toraja (Tator), dan sebagai pengganti semennya diambil dari putih telur. Namun antusiasme masyarakat membangun mesjid di Tanah Luwu sangatlah besar sehingga semua kesulitan, Alhamdulillah bisa dilalui. Sampai suatu ketika pemasangan tiang tengah Masjid hendak dipasang, rasanya sulit sekali karena ukuran tiangnya yang besar.
Kemudian pada saat memasang tiang itu, semua orang bersorak dengan menggunakan bahasa daerah yaitu Paloopo'i, yang berarti masukkan atau kasi' masu' i. Seperti yang pernah disampaikan sekaligus dipraktekkan dengan bahasa tubuh salah satu pengurus Masjid Jami Tua Palopo melalui wawancara via TV Lokal. Nah, dari kata inilah nama Palopo atau Kota Palopo yang sekarang kita kenal sebagai Kota yang masih mempertahankan predikat Piala Adipuranya ini berasal.
Walau hanya berawal dari sebuah tiang Masjid, namun itulah jejak lahirnya nama Palopo. Di mana pilar-pilar utama masyarakat Kota Palopo, dibangun dari semangat persatuan dan jiwa kebersamaan yang melekat di sanubari masyarakat Palopo. (Sumber: FB_AnakPalopo, TV Palopo, Wikipedia)